Rabu, 26 Februari 2014

Embun

Embun, dibalik dedaunan
sementara angin mengoyang dan membuatnya seolah menari dengan lagu dari pohon bambu.

Embun, kubayangkan mengukir nama dibalik jendela.
Sementara itu mataku juga tertuju pada air yang begitu cembung menggelayut di tangkai itu.

Embun, kamu lembut namun juga rapuh.
Karena rapuh, aku tak ingin menyakitimu.
Embun ku jaga kamu agar tak lenyap oleh jemari lentik yang begitu nakal ingin menyentuhmu.

Embun, apa boleh buat ?
Meski ku jaga kamu sebaik mungkin, 
kamu pun luntur tertelah bias mentari.
Jangan sedih Embun,
esok pagi, Insya Alloh kita kan jumpa lagi.

Lelaki Itu, Kamu!!!

Lelaki itu,
Bahkan tak mampu lama menatap mataku....
Bukan karena ia merasa aku tak menarik baginya, namun ia menjaga kami berdua agar memperoleh kebaikan dari suatu jalinan.

Lelaki itu,
Menunggu kata iya, dari apa yang telah ia tanyakan padaku.

Lelaki itu,
Dengan penuh harap dan tak lepas doa menggema untuk kabar yang telah lama ditunggu atas perjuangan.

Lelaki itu,
Seorang perkerja keras,
Senyumnya menyambut mentari...
Air matanya tak keluar sia2, kalau bukan karena doa memohon dan menghiba pada-Nya.

Lelaki itu,
Pada waktunya akan memperoleh apa yang telah ia semaikan bibitnya.

Lelaki itu,
Sampai saat ini, masih kukuh menjaga hati dan pikirannya.

Lelaki itu, kamu.

Selasa, 25 Februari 2014

Lelaki itu...


Lelaki itu...

Ia tak berani menatap mata,
sekedar berbincang manis beramah tamahpun ia enggan,



Lelaki itu,
bukan karena ia begitu angkuhnya tak bercanda gurau,
ia hanya ingin menjaga dirinya hanya untuk bidadari dalam hidupnya yang menemani saat suka dan duka...



Lelaki itu,
ia tak menjanjikan harta benda,
ia hanya berkata ketika bumi haus, Alloh menurunkan hujan. 
Tapi bila kita merasa lapar akan ilmu, Alloh sediakan begitu banyak cara dan jalan untuk kita belajar.

Lelaki itu,
senang membesarkan hatiku,
ia bahkan memanjakan aku dengan doa pagi disetiap pesan pertama yang kuterima.

Lelaki itu, berkata "Siapkan dirimu untuk ku pinang, karena aku telah terlebih dulu menyiapkan diriku agar pantas meminangmu."

Lelaki itu,
sungguh tak pandai membuat bait - bait kalimat puitis,
namun ia mampu membuat setiap tindak tanduknya terlihat manis,
tanpa ada suara dan tanpa ada sentuhan.