Sabtu, 30 November 2013

Sapu air mata karena Thalassaemia

               HIV/AIDS, Kanker, Diabetes adalah pembunuh misterius yang terkadang kedatangannya tidak kita ketahui, bahkan saya percaya tidak ada satu orang pun yang berharap mereka untuk singgah meski hanya sesaat dalam tubuh kita. Namun menariknya, kita justru yang malah secara sengaja mengudang mereka untuk hadir dengan cara – cara yang terlihat sepele namun berdampak besar. Pola hidup tidak sehat – malas berolaharga – merokok – kebiasaan buruk – lingkungan yang kurang bersih, yaa mereka adalah kunci yang mampu membuka gembok pertahanan yang selama ini menjadi daya tahan tubuh kita.
                Banyak sekali komunitas – kumunitas yang peduli terhadap kesehatan, terlepas apapun misi mereka dalam melakukan hal itu. Mengkompanyekan tentang bahaya narkoba – jarum suntik – freesekx yang bisa mengakibatkan kita terjangkit HIV/AIDS, memberikan pengertiaan pada kaum hawa khusunya yang rentan terkena Kanker Payudara, dsb. Namun jelas semua itu juga dikarenakan prilaku diri yang membuat kita benar – benar menjadi sasaran empuk untuk kehadiran penyakit mematikan itu. Belum lagi banyak iklan yang melarang keras merokok namun seolah menjadi covert hypnosis yang tidak disadari oleh kita, yaa kita dilarang namun seolah tertantang untuk melakukannya atau sekedar mencobannya.
                Melihat fakta yang ada saat ini, dengan banyak organisasi kesehatan yang di sponsori oleh perusahaan besar mengangkat anak muda kreative dan pandai yang dikenal masyarakat luas terutama anak muda sebagai icon atau duta untuk mengkompanyekan tentang bahaya ini dan itu, terutama tentang HIV/AIDS, NARKOBA dan lain – lain. Bagus memang, namun sayang ada yang terlupakan. Bisa jadi karena yang sedang gencar dan dianggap suatu bencana sosial dimasyarakat adalah penyakit tersebut, akan tetapi menjadi kecewa rasanya ketika kita seolah melupakan jenis penyakit lainnya yang juga bisa merenggut nyawa dan miris rasanya karena penyakit yang belum banyak disosialisasikan ini adalah satu diantara banyak penyakit yang juga dijumpai keluarga kurangmampu. Ironis bukan? Yaa bagaimana tidak! Saat gencar – gencarnya berkompanye dan mensosialisasikan tentang hari kesehatan dunia, kita lupa dan bahkan sedikit sekali diantaranya yang ingat terhadap satu penyakit yang merusak kesehatan dan bahkan mampu merenggut nyawa saudara kita disudut kota ini. Penyakit apa itu ? Perkenalkan THALASSAEMIA, thalassaemia satu diantara penyakit yang juga bisa merenggut nyawa banyak orang, cara kerjanya efektif perlahan namun pasti, terkadang tak terlihat namun mematikan. Menakutkan bukan ? tapi sayang,  tidak banyak orang yang mengetahui tentang penyakit ini, dan kurangnya pengetahuan di masyarakat membuat penyakit ini seolah nama asing atau baru di dunia kesehatan. Mau hari Kesehatan Nasional kek atau Hari Kesehatan Internasional/Dunia kek, yang namanya kesehatan apapun jenis penyakit yang terdengar awam namun berbahaya sudahlah harus tetap disosialisasikan. Pemerintah, dinas kesehatan dan lembaga terkait  mestinya berperan aktif untuk mensosialisasikan tentang Penyakit ini, masyarakat sudah cukup kecewa dengan banyak simpang siur dalam lembaga pemerintah yang mengatas namakan suara rakyat yang malah menusuk rakyatnya sendiri. Masa untuk hal besar seperti ini pun masyarakat harus menjadi orang terakhir yang mengetahui betapa bahayanya THALASSAEMIA ini, Apakah masyarakat harus menjadi orang yang seolah – seolah terbodohi oleh pemerintah yang seharusnya melindungi rakyatnya. “Anak Anda menderita THALASSAEMIA ?” Haruskan mereka mendengar penyakit itu menimpa buah hati mereka, kemudian mereka menjawab “Dokter, THALASSAEMIA itu apa ?” Ironis bukan. Namun itulah yang menjadi fakta dilapangan. Disini saya akan mencoba untuk memaparkan Apa itu Thalassaemia, dimana penyakit ini adalah salah satu penyakit yang bisa diturunkan dari orang tua yang ditandai dengan gangguan produksi eritrosit & hemoglobin, namun penyakit ini bukanlah penyakit yang menular.

1.            Apa itu THALASSAEMIA ?
Thalassaemia merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari), sehingga dalam hal ini penderita/pasien akan mengalami anemia.
Anemia apa itu menjadi penyebab utamanya ? Tentu bukan, yang harus kita pahami adalah anemia ini menjadi salah satu ciri/dampak dari penyakit Thalassaemia.
Secara definisnya Thalasemia merupakan penyakit menurun yang ditandai dengan gangguan dan ketidakmampuan memproduksi eritrosit dan hemoglobin.
Kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah yang mudah rusak, yaitu 3-4 kali lebih cepat dibanding sel darah normal. Oleh karena itu umurnya pun relatif lebih pendek dibanding sel darah normal. Jika sel darah normal memiliki umur 120 hari, maka sel darah merah penderita thalasemia hanya bertahan 23 hari.

2.            Penyebab Thalassaemia ?
Bisa dikarenakan sel – sel darah tidak mengadung cukup hemoglobin karena adanya kelainan atau perubahan pada salah satu bagian gen hemoglobin.
Thalasemia bukanlah penyakit menular, namun disebabkan oleh faktor keturunan (genetic). Pasien thalasemia sendiri banyak ditemukan didaerah miskin. Begitu juga dengan daerah endemis malaria. Daerah endemis malaria merupakan daerah yang sangat rentan terjadi kasus thalasemia. Parasit malaria diduga ikut membantu kerusakan sel darah merah.
Sayangnya hingga saat ini thalasemia belum bisa diobati untuk penyembuhan. Bahkan, pada banyak kasus penderita thalasemia mayor tidak berhasil mencapai usia tua dan meninggal pada usia 19-30 tahun. Akan teatapi kasus kematiannya bukan karena penyakit thalasemia, melainkan karena komplikasi kerusakan organ akibat penumpukan zat besi yang berlebihan di dalam organ tubuh. Namun agar penderita tetap produktif, dibutuhkan transfusi darah secara teratur setiap bulan selama hidupnya. Pengobatan yang efektif bisa memperpanjang usia harapan hidup hingga 40-50 tahun.

3.            Jenis – jenis Thalassaemia
Secara singkat kita bisa mengetahuinya dari  3 jenis  kasus yang biasa ditemukan, dimana ilmu ini saya baca dari brosur tentang penyakit thalassaemia oleh Yayasan Thalassaemia Indonesia Cabang Garut :
a.            Thalassaemia Carier/Trait – Keadaan yang terjadi pada seseorang yang sehat namun ia dapat mewariskan gen thalassaemia pada anak – anaknya. Thalassaemia trait sudah ada sejak lahir, dan tetap ada sepanjang hidup pasien. Thalassaemia jenis ini tidak memerlukan tranfusi darah sepanjang hidupnya.
b.           Thalassaemia Mayor mungkin bisa terjadi bila kedua orang tua mempunyai pembawa sifat thalassaemia. Anak – anak dengan thalassaemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita kekurangan darah pada usia antara 3-18 bulan. Pasien memerlukan transfusi darah secara berkala seumur hidupnya. Apabila pasien thalassaemia mayor tidak dirawat, maka hidup mereka biasanya hanya bertahan antara 1-8 tahun.
c.            Thalassaemia Intermedia merupakan kondisi antara thalassaemia mayor dan minor. Pasien thalassaemia intermedia mungkin memerlukan tranfusi darah secara berkala. Dimana thalassaemia jenis ini memungkinkan pasien dapat bertahan hidup sampai dewasa.

Namun untuk lebih lanjutnya lagi, Anda bisa bertanya langsung kepada Dokter dan tentu dalam hal ini menemui Pakarnya akan lebih baik. Jika Anda tidak puas dengan apa yang telah saya paparkan diatas, dibawah ini saya tambahkan jenis – jenis thalassaemia secara mendetail/terperinci dari artikel yang pernah saya baca, berikut kutipan artikel dari sumber (relianceinsurance) saya lampirkan secara lebih terperinci :
(Skema turunan penyakit thalasemia)
Thalasemia dibedakan berdasarkan gejala klinis dan tingkat keparahannya, ada thalasemia mayor dan thalasemia minor. Thalasemia mayor dimana kedua orang tuanya merupakan pembawa sifat, serta thalasemia minor dimana gejalanya jauh lebih ringan dan hanya sebagai pembawa sifat saja. Untuk thalasemia mayor gejala dapat timbul sejak masa anak-anak, kemungkinan untuk bertahan hidup terbatas. Beberapa kasus yang ditemukan juga membuat timbulnya jenis - jenis baru, seperti thalasemia intermedia, dimana kondisinya berada diantara kedua bentuk thalasemia mayor dan minor.
Mari kita telusuri thalasemia berdasarkan produksi jenis globin yang terganggu. Jika mengalami produksi globin jenis alfa yang terganggu biasanya pasien mengalami thalasemia alfa, sedangkan jika mengalami produksi globin jenis beta yang terganggu, maka pasien mengalami thalasemia beta.
Dan untuk membedakan Thalassaemia Jenis Mayor dan Minor, adalah sebagai berikut  :

             Thalasemia beta mayor, ini bisa dikategorikan kedalam jenis thalasemia yang paling parah. Dimana Pasien  harus melakukan tranfusi darah terus-menerus meskipun thalassaemia itu terdeteksi sejka ia masih bayi. Coba kita bayangkan bayi yang divonis mengidap thalassaemia ini selama 1-2 tahun pertama kehidupannya harus menanggung sakit yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya tentu ini mengakibatkan sirkulasi zat gizi menjadi lambat dan kurang lancar.

             Thalasemia beta minor, jenis ini menyebabkan penderitanya mengalami anemia ringan dan memiliki sel darah minor yang tidak normal. Meski begitu thalasaaemia jenis ini tidak perlu melakukan tranfusi darah, namun cukup dengan menjaga pola makan yang baik dimana makanan tersebut banyak mengandung zat besi serta kalsium.

             Thalasemia beta intermedia, pasein hanya perlu melakukan tranfusi darah sewaktu-waktu jika diperlukan, biasanya ini dilihat dari parah tidaknya thalasemia yang diderita dan kebutuhannya untuk menambah darah.

             Thalasemia alfa mayor. Thalasemia satu ini biasanya dialami pada bayi sejak masih dalam kandungan. Jenis thalasemia ini terjadi apabila seseorang tidak memiliki gen perintah produksi protein globin. Thalassaemia jenis ini akan membuat janin atau bayi menderita anemia yang cukup parah, penyakit jantung, dan penimbunan cairan tubuh. Untuk menjaga agar janin atau bayi tetap sehat setelah dilahirkan, pasien thalassaemia jenis ini, harus mendapatkan tranfusi darah sejak janin/bayi masih dalam kandungan.

             Thalasemia alfa minor. Dikategorikan thalasemia ringan, tidak menyebabkan gangguan pada fungsi kesehatan tubuh. Dan biasanya thalasemia ini dimiliki oleh wanita dengan latar belakang penyakit anemia ringan, nah karena kelainan gen inilah yang kemudian akan diwariskan kepada anak. Namun begitu thalassaemia jenis ini tidak memerlukan tranfusi darah, ia akan lebih baik jika banyak mengkonsumsi nilai gizi yang seimbang untuk menunjang kesehatan tubuh, dan pengoptimalan sel darah merah agar tetap sehat diperlukan pula sumber makanan yang banyak mengandung zat besi, kalsium, magnesium dsb.

Nah itulah secara lebih terinci tentang jenis Thalassaemia. Kali ini saya akan ajak pembaca untuk mengenal lebih mendalam bagaimana cara mengenali pasien yang terkena thalassaemia.

4.            GEJALA THALASEMIA
Dari jenis-jenis thalassaemia diatas, kita sedikit banyak mengetahui bagaimana cara mengenali gejalanya, namun awalnya penyakit thalasemia ini menunjukkan pada gejala seperti anemia, terlihat Wajah pucat, Insomnia atau susah tidur, Tubuh mudah merasa lemas, Berkurangnya nafsu makan, Tubuh mudah mengalami Infeksi, Jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi pembentukan hemoglobin, Mengalami kerapuhan dan penipisan tulang.
Dengan mengenali genjalanya, harapan kita bisa melakukan pengobatan/perawatan lebih dini, yaa meski pada dasarnya penampilan sebagian individu pembawa sifat thalassaemia terkadang tidak dapat dibedakan dengan individu normal lainnya. Satu – satunya cara untuk mengidentifikasi pembawa sifat thalassaemia (thalassaemia trait) hanyalah melalui pemeriksaan laboratorium (tes/chek darah).

5.            Mencegah Lebih Baik
Banyak sekali penderita thalasemia di Indonesia yang memerlukan transfusi rutin dan bisa jadi jumlah tersebut terus bertambah jika kita tidak gencar mensosialisasikannya. Ini terbukti dari banyaknya masyarakat yang belum tahu anaknya menderita penyakit kelainan darah yang disebut thalassaemia. Menjadi keprihatinan tersendiri karena penyakit ini lebih banyak menggerogoti masyarakat Indonesia yang kurang mampu, mari cermati bersama – sama bagaimana mungkin mereka yang secara ekonomi hidup pas – pasan, kemudian dibebani dengan satu penyakit yang belum diketahui cara penyembuhan yang mujarab. Nah, untuk itu kita yang mengaku peduli terhadap masalah kesehatan haruslah lebih peka dan menyebar luaskan tentang bahayanya penyakit thalassaemia ini. Salah satu caranya adalah dengan berupaya mencegah agar penyakit thalassaemia ini tidak menyebar luas, meskipun tidak termasuk penyakit yang menular namun faktor genetik sangat menentukan dalam hal ini.
Dewasa ini upaya untuk meminimalisir penyebaran adalah dengan mencegah bertemunya mereka yang memiliki gen carier Thalasemia dengan sesama pembawa sifat penyakit (carier), karena terjadinya perkawinan antara kedua gen tersebut memungkinkan terlahirnya anak dengan Thalassaemia Mayor (Thalasemia berat).

6.            Sehat itu milik semua
Sehat itu adalah hak semua orang dan kewajiban kita adalah menjaga kesehatan itu, belum jelas bagaimana cara penyembuhan thalassaemia ini, namun paling tidak untuk kita yang ingin membantu salah satu caranya adalah mensosilisasikan secara gencar dan juga janganlah takut untuk mendonorkan darah. Ya, pasien thalassaemia bisa berlangsung harapan hidupnya adalah dengan rutin melakukan tranfusi darah. Saat ini Kabupaten Garut adalah salah satu diantaranya yang sedang membantu dan mensosialisasikan tentang thalassaemia, bahkan untuk membantu para pasien tesebut Dinas Kesehatan , Yayasan Thalassaemia Indonesia cabang Garut bersama PMI secara berkala mengajak masyarakat untuk bersedia melakukan pendonoran darah. Meskipun sosialisasi tentang donor darah untuk membantu pasien yang membutuhkan gencar dipublikasikan, namun fakta dilapangan harapan bak angan diatas awan, rasa kepeduliaan itu seolah barang mahal yang sulit ditemukan, karena sedikit sekali mereka yang peduli bahwa 1 labu saja yang mereka berikan bisa memberi harapan hidup bagi pasien yang sungguh membutuhkan. Pembaca bisa mencari sendiri data dilapangan untuk membuktikan bahwa Kabupaten Garut adalah salah satu kabupaten yang setiap bulannya mengalami kekurangan labu untuk membantu pasien yang memerlukan tranfusi darah.

         Dalam Tulisan di blog ini, saya juga ingin sedikit berbagi atau sekedar menginformasikan tentang salah satu pasien thalassaemia yang meninggal dunia, saat itu almarhum terlambat melakukan Trafusi Darah.
(Alm. Rudi 4.5Tahun putra dari Ibu Otas dan Bapak Adis)

(Semoga Almarhum Rudi diberikan tempat yang tebraik disisi-Nya,aamiin)













Keterangan : Kedua Photo alm. Rudi saya peroleh dari Kang Jamhur Mubarok - Ketua Pelaksana YPRG (YPRG adalah salah satu Komunitas atau mungkin bisa disebut satu organisasi yang peduli terhadap air mata Kaum Dhuafa.



             
                 Pembaca yang bijaksana, tulisan ini saya buat tanpa bermaksud untuk menyinggung pihak tertentu, namun pure lebih karena kepeduliaan dan gejolak hati yang ingin menyuarakan tentang betapa pentingnya kita membantu mensosialisasikan apa itu THALASSAEMIA satu penyakit yang terlupakan dan terdengar asing menjadi satu penyakit yang mulai dikenal luas dan harapan mampu membantu kita agar menjadi lebih menjaga serta berperan aktif untuk mencegah berkembangnya penyakit Thalassaemia. Mohon maaf bila terdengar tajam, mohon dimaklumi dan terima kasih untuk yang sudah mampir membaca dan juga untuk blogdetik yang lagi - lagi telah begitu intens membuat kontes blog, dimana kontes kali ini berkisah tentang kepudian blogger pada Kesehatan.


Salam Bahagia dan menjadi Sehat adalah Hak semua orang

Mita RUGERI Permata^^









Tidak ada komentar: