Sabtu, 05 Desember 2015

Pacaran Mengundang Laknat Alloh

Kalau hari ini Sahabat Putus Cinta, maka bukan Patah Hati, artinya Sahabat telah berusaha Menjaga Hati.
Kalau hari ini Sahabat tidak bangga dengan status pacaran, maka artinya sahabat sedang melangkahkan kaki menuju perbaikan diri. Menikahlah maka Pacaran dengan Pasangan Halalpun akan mengundang Pahala.
Kalau disetiap Sabtu malam, disebut2 sebagai Malam Minggu Malam yg Asyik untuk Kencan sama yg bukan Mahromnya, dan Sahabat memilih untuk tidak mengikuti kegiatan serupa demikian. Maka bersyukurlah, karena Sahabat berusaha menjaga diri dari perbuatan yg dapat mengundang Laknat Alloh SWT.

Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya’,” (QS an-Nur: 30-31).

Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,” (QS Al-Israa': 32).

Sabtu, 31 Oktober 2015

Celoteh Anak Negeri

Dibawah langit, beralaskan tanah....
Disnilah kita berjalan,
dengan tugas yang sama,
Ibadah menjadi utama.

Bukan gusur sini, rampok sana,
bukan pula rebut yang ini, rampas yang bukan menjadi haknya.

Rendah hati jadi obat,
biar kalau mati enda sampai nyusahin orang,
jangan juga sampai jadi fitnah,
kasihan juga udah dikubur tapi tetap masih jadi omongan.
Banyak, banyak istigfhar,
Ummat Akhir Zaman,
sudah pasti dunia fana tidak kekal,
dikasih kemarau saja pada banyak yang menggila,
apalagi kalau jadi sumbu bakar di neraka jahanam.

Alam Semesta kan Punya-Nya,
Ngapain juga Sok Kaya,
Nanti Alloh ambil nangis sejadi - jadinya.

Hidup kan kudu ikhlas,
ikhlasnya ditemeni sama sabar,
kalau dua - duanya udah jadi pegangan,
nasib gak bakal jadi kondisi buat kita berulah,
mending enggak ngerugiin orang lain,
nah ini berdalih terjepit kondisi, terhimpit ekonomi,
jujur sama adil jadi cuman khiasan dbibir, dech!!!

Rabu, 13 Mei 2015

“Sumber Kekuatan”

Kota itu dianggap hilang,

Kala insan tak bermukim.

Rumah itu menjadi kosong,

Saat tak ada raga yang menghuni,

kemudian hati akan kian suram,

Bila tak mengenal Al-Qur’an. 



Manusia seolah begitu terpuruk, saat kehilangan dunia

Sementara apa yang kita miliki bukan sepenuhnya milik kita.

Menjadi kalaf saat kesusahan datang,

Menjadi khilaf saat dihampiri kesenangan.


Memang benar, manusia menjadi pemeran dalam panggung sandiwara.

Namun tak menjadi benar saat kebaikan dijadikan guyonan semata.

Dalam lemahnya keyakinan, maka prasangka buruk akan sering mencuat.

Menghadirkan keyakinan kuat pada-Nya adalah sumber dari segala "Kekuatan"


Serakah adalah penyakit,

Namun sholat adalah pengobat hati yang sempit.

Bersikap pesimis adalah tanda pemikiran yang sempit,

Sementara jiwa yang lapang adalah tanda keoptimisan diri.

Berjuang tak pelulah beramai-ramai,

Karena belum tentu banyak orang sepaham.

Meski awal terasa sulit, tak mengapa selama kecintaan pada-Nya adalah "Sumber Kekuatan"

Kala hati sudah terasa hanya Alloh-lah Pemiliknya,

Tiada rasa takut saat kehilangan apa yang dimiliki di dunia.




Jumat, 01 Mei 2015

Mita ^_^

Jumat, 08 Mei 2015

Korban Kebijakan itu

"Korban Kebijaksanaa itu, disaat mestinya ia duduk dikursi depan, ia malah harus rela duduk dikursi paling belakang karena alasan tak jelas dan aturan tak transparan."


Ahh!! Dia, langsung katakan. "Aku tak tak mau ada disini."
Wajar saja, karena ia pun menyadari kursinya.
Ahhh!!! Aku tidak mau dapet ini? Keluhnya.
Ya terang saja, dia punya hak untuk mengeluarkan suara.

Tapi, bagaimana ?
Ia hanya bisa mengeluarkan suara.
"Akhhh!!!"
Entahlah, karena suaranya pun tak didengar.

Terus, bagaimana ?
Biar saja, menjadi korban bisa dijadikan hikmah.
Tohhh, bukan kita yang tidak transparan.
Aturannya saja yang tidak jelas,
seolah menyengaja disamarkan.
Akhirnya terntangkap sudah,
maksud nyatanya,
berdalih kompetisi,
ternyata hanya sebagai reaksi pengumpul masa dalam mencari rezeki.
Kalau sudah begini, "Siapa yang harus disalahkan?"
Ahhh!!! Paling korban harus terima hasil yang tak sepantasnya.
Penonton terbius, juri mengacungkan jempol,
namun satu pernyataan merubah mimpi seorang dara.

Gemuruh jiwa yang tergelitik

Bukan anak kemarin sore,
bukan juga baru pertama kali,
ini sudah sering terjadi,
dan lagi - lagi tidak ada yang belajar.

Akhhh!!! Ada yang pengertian,
Ahhh!!! yang lain berkata, beliau kan orang baik,
Bukan itu saja, pemaaf pula.

Hellooo, marah enggak perlu pake kata - kata,
enggak perlu juga dong nunggu ditegur.

Hei, kita kan sudah besar,
jangan kayak anak kecil,
tapi bicara soal kepeduliaan,
masih lebih baik anak TK yang membela temannya ketika dilukai.

Hai, itu kunci pembuka tergeletak di meja kita.
Lah, kenapa seperti acuh dan tidak mau tahu?

Ahhh!! itu kan bukan urursan saya?
Yang benar saja kan sudah dapat info mengenai perubahan yang ada.

"Maaf saya lupa?"
Alahhh, lupa apa kebiasaan?

"Lah, saya kan sudah titp dan bertukar dengan teman?"
Lah, kan semua sudah jelas.
Terpanpang nyata, kamu sudah tahu pula sifat masing - masing.
"Piye Tohhh, nitip kok sama yang lagi liburan?"
"Bergurau saja kamu nihhh."

Janganlah dibiasakan,
jangan memanjakan begitu,
mengandalakan boleh,
tapi tengoklah dulu siapa yang diandalkan.

Tak ditegur, bukan berarti dibiarkan.
Kita kan sudah dewasa,
secara usia demikian,
tapi tahulah malu sedikit.

Meminta untuk urursan pribadi, dipenuhi.
Lah, memenuhi tugas sendiri kok begitu sulit.




"Maaf, saya sedih melihat kenyaatan ini." :(

Selasa, 05 Mei 2015

Ahhh!!!



Akhhh!!!
Apa kabarnya hari ini ?
Hari dimana masih dinikmati matahari yang bersinar dari ufuk timur,
Ia kemudian tenggelam disebelah barat ?
Haiii, apakabarnya tanah yang sedang dipijaki ini ?
Dan, saya masih merasakan cucuran air mata Ibu Pertiwi.
Sementara bumi terus berputar dan waktu pun bergulir, “entah kapan ia berhenti?”

Akhhhh!!! Aku hanya sedang bertanya kabar untuk para insan yang masih belum peka?
Ahhhhh!!! Masih banyak kudapati rengekan anak manja.
Ahhhh!!! Padahal enggan ku berkata Ahhh!
Ahhh!! Ku katakan saja dengan lantang,
Ahhh!!! Membunuh kejam pemikiran pesimistis yang membuat jiwa menjadi malas.
Akhh! Akhiri saja kebodohan diperbudak oleh belenggu ketidakpercayaan diri.

Kita kan punya TUHAN, Dia Pemilik Alam Semesta ini ?
Ahhhh!!! Aku jadi tak takut kehilangan apapun, karena aku punya Tuhan.
Ahhh! Biarkan saja para pencundang meratipi kehilangan duniawinya,
Sementara kita masih bisa berjalan dengan rasa hormat akan kejujuran, sikap amanah dan keyakinan pada Yang Maha Kuasa.
Ahhh! Biarkan saja para petinggi tertawa dengan perut besar bergoyang,
Kita kan disambut senyum para malaikat dalam sujud tahajud.
Ahh! Tak usah dipusingkan celotehan orang yang meremehkan kita,
Kita kan berjuang dalam jalan yang diridhoi-Nya.

Ahh! Sudahlah jangan didengarkan celoteh manusia berhati kerdil seolah mengerdilkan pemikiran kita. Padahal hati yang berporos pada Alloh memiliki kelapangan hati yang luar biasa.
Ahh! Ngapain pula kamu menangisi manusia yang lebih happy dalam maksiat,
Lebih baik hilang teman seribu yang tak sejalan daripada kehilangan Alloh.

Ahh!! Tak usah risau, bumi ini kan milik Alloh ?
Selalu ada tempat bagi para penikmat perintah-Nya,
Meski dikucilkan oleh seisi dunia karena takut pada-Nya,
Maka selalu ada tempat bagimu dimanapun kamu inginkan.
So, berjuanglah tanpa terbebani oleh perasaan ingin dipandang oleh manusia. Ingatlah Pandangan Alloh jauh lebih menyejukkan jiwa.
Jumat, 01 Mei 2015.

Kamis, 19 Februari 2015

Aku dan Kamu

Kosong,
Terkadang ruangan kosong itu menakutkan,
" Bagaimana kita tahu menakutkan, jika tidak mencoba untuk singgah didalamnya ? "

Ruangan iu berada disudut kanan, dekat sekali tangga saat menaiki rumah itu.
4 Lantai rumah itu, terasa begitu sunyi, banyak keresahan saat kaki mencoba melangkah menapaki setiap anak tangganya.

Hanya bermodalkan lampu tengah yang kian redup, berharap matahari segera menyapa,
Maaf bukan berarti tak menyukai kamu rembulan, namun saat ini matahari lebih ku rindukan,
matahari itu tandanya siang, sementara kamu menyiratkan malam yang kian mencekam.

Akhhh!!! Aku mulai masuk dalam cerita yang menyeramkan,
pikiran ku melayang, mulai mengarang cerita, mengingat peristiwa yang mengerikan,
saat itu yang terlepas kembali teringat,
pekikan, begitu melengking membuat kotoran telinga menari - nari,
bulu roma benyanyi sebagai pengiring mereka yang menari,
"Apalagi ini, merasa seram namun mencoba untuk menguatkan diri?"

Kamu, ya memang begitulah,
jadi apa yang akan kamu ceritakan tentang KOSONG... ?

KOSONG - Tak ada,
tanpa nama, tanpa cerita dan tanpa tanda adanya kisah,
terlalu KOSONG hingga tak tersisa untuk dijadikan pentujuk atau arah kemana MELANGKAH.

Rabu, 18 Februari 2015

Tanpa Judul

"Hujan demikian ramai, kamu bersama dengan hembusan angin mencoba menukik setiap rusukku." Aku tiada henti bergumam, sementara hujan saat itu begitu tidak ramah kepadaku. Hari mulai gelap, sudah terlalu lama nampaknya aku menunggu hujan. "Akh!!! Bodoh, mengapa kamu berkeluh kesah sedari tadi, hujan itu berkah kenikmatan tersendiri, bukan salah hujan aku sampai belum pulang, daripada bergumam terus mestinya sedari tadi aku sudah langkahkan kakiku menembus dinginnya hari."
Dengan rasa sesal karena keluh kesah diri, kuberlari menerjang angin nampaknya ini terlalu berlebihan tapi yang beginilah arti hidup bagi seseorang yang lebih sering membebani diri dengan perasaan, pemikiran dan ucapannya sendiri.
"Huff!! Lelah ku terbayar dengan jam pulang yang terlambat."
Pulang begitu telat membuat banyak pertanyaan dilontarkan padaku, namun rasa penat membuatku bungkam dan bersikap acuh. Aku lebih memilih untuk langsung masuk ke kamar dan menutup pintu rapat - rapat.

Malam itu terlewati dengan rasa lelah tanpa kebaikan yang dicatat sebagai amalan bagiku, ya itu membuatku harus berusaha melakukan dan mendapatkan kebaikan dihari selanjutnya sebagai hutang dari amalan sebelumnya yang tak bertambah.

......

Hai, namaku Juni, tapi enggak berarti aku lahir dibulan Juni loch ?!  Tahun 1990, tepat tanggal 09 jam 09 malam dibulan kesembilan aku lahir. Cantik ya tanggal lahirnya, tapi ini tidak mengada - ngada faktanya aku lahir di bulan September bukan di bulan Juni.

......

Tahun  2006 diusiaku 16 tahun, lulus SMA saat itu paling muda di Sekolahku yaa?! Hehehehe.....
Seperti halnya teman - teman, aku juga sudah memiliki perencanaan yang matang, melanjutkan kuliah dan mengejar cita - cita. Dengan mengikuti tes masuk ke Perguruan Tinggi itu merupakan nikmat tersendiri, bagaimana tidak begitu mendapatkan surat hasil tes yang menyatakan kelulusan kita, ada semburat pelangi menghias wajah, ya ini wajar karena menunjukkan rona bahagia, namun apa daya layaknya pelangi indah sekejap hilang dalam hitungan waktu yang tak pernah sempat kita hitung atau tanpa tahu sebelumnya bahwa pelangi itu akan hilang begitu saja. Tidak memiliki biaya menjadi alasan utama tak mampu melanjutkan pendidikan. Saat itu kesedihan benar - benar melanda hati, pikiran ku berkecamuk antara rasa adil yang tak diperoleh diri. Menjadi anak perempuan satu - satunya ternyata tak menjadikan aku mendapatkan hak istimewa, dua Kakakku bisa bersekolah dimanapun yang ia inginkan. Mungkin ini menjadi pertanyaan sendiri untuk pembaca, "Bagaimana mungkin memiliki kakak yang bisa bersekolah dimana pun yang ia inginkan, namun fakta mengatakan nasib yang sama tak berpihak pada adiknya ? "


..... Istirahat dulu, tunggu lanjutannya ......

Jumat, 16 Januari 2015

Saling mendoakan = saling menguatkan

Hanya perantara waktu antara kemarau dan menanti semi berujung hujan,
hanya karena masa telah terlewati bukan berarti ia lantas begitu saja berlalu.
Terkadang yang ingin dilupakan, malah begitu kuat menjadi kenangan,
namun yang berjalan beriringan waktu, itu malah terlupa dan terkadang tak membekas.

Seperti orang yang telah tiada,
dibalik kubur hanya pusaran yang mengingat namanya,
itu pun jika debu tak menutupinya, dan
hujan tak menyapunya.

Sebait doa seolah terasa ringan, namun upaya itu mampu menguatkan.
Ketahuilah, Doa mengantarkan pada kebaikan,
doa berisi keberkahan,
doa adalah spirit rohani, mampu memberi cahaya bagi jiwa yang padam, menguatkan hati yang terkoyak, menegarkan ruh yang sempat roboh.
Doa bagaikan bahasa kerinduan,
Mendoakan yang telah tiada, mengabarkan kebahagiaan bagi yang telah tiada.

Siapa yang tak memerlukan doa,
dari kaya maupun tak kaya semua bergantung pada doa,
doa pada Yang Maha Kuasa,
adalah persembahan dari hati yang tulus,
diungkapkan dengan penuh kebutuhan, menghamba, memohon dan meminta pada-Nya,
dengan doa kita akan semakin dekat dengan Sang Kholik, Alloh SWT.

Sahabat mari kita saling mendoakan.

Rabu, 14 Januari 2015

Rindu Bersatu, bersama. "Badai pasti Berlalu"

Huammmmm....
Rasa kantuk mendera, saat itu terdengar suara nguap dari sana sini.
Husss, jangan kau manjakan seperti itu ia nanti akan membuat mu terlena,
dan bagaiaman ini kamu jadi kian malas dibuatnya.

Huff!!! Bagaiamana dong, apa yang harus aku lakukan agar rasa kantuk yang mendera kawan tidak membuat mereka terlelap tidur.
Jangan dong, jangan dulu.
Ini kan bukan waktunya tidur,
bangunlah sekejap,
bangkitkan semangat yang pernah ada.

Ya Sudahlah, aku akan bercerita saja,
ini cerita tentang satu tempat bernama Pelangi,
karena tempat ini begitu bermakna dengan ragam warna layaknya Pelangi,
warna warni itu laksana perpaduan karakter penghuni didalamnya,
Yang senang tertawa tidak melihat tempat, yang bawaan nya slow mellow gak tahu mikiran apa, yang belum sukses dengan percintaannya, yang berjuang keras dengan segala tuntutan kebutuhan hidup, hadir pula yang galau dengan kehidupannya, ada juga yang tetap tegar meskipun sedang berduka, dan ada pula yang tetap tersenyum seolah tak terjadi apa - apa meski datang ke tempat ini belum sarapan.
Subhanalloh, dengan beragam karakter dalam Pelangi pastilah sudah banyak pelajaran yang bisa kita bagi dan ambil,
tentu dan seharusnya itu menjadikan kita lebih arif dan bijaksana baik dalam berpikir maupun bersikap.
Tapi sayang, warna warni itu saat ini sudah mulai meredup,
entahlah apa yang terjadi pada binar mata yang sebelumnya nampak begitu bercahaya,
Ohh mungkin karena himpitan dunia dengan segala persolan yang sedang mendera negeri ini?
"Ya, kita kan harus berlajar berempati dengan kehidupan sosial."
Tapi bagaimana ini, kalau kian redup warnanya maka pesona itu pun mulai menipis,
bukan hanya itu, "bukankah pelangi nampak indah dengan warna warninya?"
Nah, kalau warna warni mulai tak menyatu ia akan menghasilkan kontras dalam kegelapan.
Alih - alih indah, ia hanya akan menyilaukan dan membutakan arah dimana seharusnya kita tetap berada.
Mari coba diingat lagi "Apa Misi dan Visinya?"
Baik Pelangi itu kan hanya sekilas muncul saat, setelah hujan?
Tapi pikirkan baik - baik meski di waktu - waktu tertentu siapa yang tak ingat dan siapa yang tak bisa menggambarkan bagaiman keceriaan, kebahagiaan dan keindahan dari Pesona Pelangi.
Anak kecil saja mampu mengekspresikan dalam gambaran imajinasinya,
Locchh, "Mengapa kita tak mampu berlaku demikian?"

"Baik, baik saya mengerti tidak semua ska dengan pilihan warna dari pelangi ?"
Kalau begitu mengapa kita memilih pelangi ini dan bertahan sampai detik ini ?
"ya, itu karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi?"
"Apakah hanya itu, hanya sedemikian saja?"
Saya rasa tidak, tanya kedalam diri masing - masing. Pelangi ini lebih dari sekedar tempat untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan saja. Pelangi ini sudah menjadi bagian cerita dalam hidup kita.

Menjadi perantara kita sampai ke masa ini,
menjadi salah satu bagian dari loncatan kehidupan,
menjadi temapt berbagi,
menjadi sandaran laksana kursi yang begitu nyaman bila diduduki.
Lihatlah Pelangi ini begitu bermakna,
"Apakah kita begitu teganya membiarkan ia memudar, redup perlahan lalu kemudian menghilang karena ulah dan egoan kita saja?"

Ingatlah masa - masa terbaik saat kita merasa tak baik,
Kenanglah masa - masa menyenangkan, disaat kita merasa dalam masa tak senang,
Ingatlah masa - masa nyaman disaat rasa penat menyapa kenyamanan kita.
Kenanglah semua itu untuk kembali membangkitkan gairah dalam menjalani semua ini.
Saat Pelukis Pelangi telah berbaik hati memberikan kita kesempatan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, hobby dan pendidikan kita,
"Mengapa kita tidak dapat memberikan hal yang sama pada Pelukis Pelangi?"

Percayalah Alloh SWT Mahakuasa, Dia punya Kuasa dalam Kehidupan ini.
Yakinlah Alloh SWT akan memberikan hadiah buah dari kesabaran kita semua,
Tetaplah Istiqomah dalam persangkaan baik pada-Nya,
Setiap Masalah sudah sepaket dengan Solusinya,
Jika Musim hujan bisa berganti kemaru,
Percayalah badaipun pasti Berlalu,
karena itu tetaplah bersama - sama,
bersatu dalam visi dan misi semula dibangun,
berjalanlah beriringan untuk kebaikan kita bersama.

Jika Pelukisnya saja percaya dengan keindahan warna warni pelangi,
Mengapa kita tidak demikian.

"Kembalilah dan tersenyumlah terus dalam kondisi apapun, kawan."
Rindu Bersatu, bersama, berpacu untuk MAJU bersama, Meraih Berkah-Nya.

Jumat, 09 Januari 2015

Cubo Sajo

Awa' nih sudah dipinang,
bukan itu sajo pelaminan cantik tela awak rasa,
duduk cukup lamo di kusi empuk itu, sambut tamu yang hilir mudik.

Nian indah teraso,
Dak paca cepat terlupo,
membekas dalam ingatan,
menyatu dalam kalbu.

Kalaulah kito orang yakin Tuhan Mahapengasih,
Suda pasti rasa kasih sayang itu terasa nian sampai ke ubun - ubun.
Ini jadi lain ceritanyo kalau kito orang tak yakin pada-Nya,
Nak berusaha macem apapun, lelah sajo yang bakal diterimo.

Untuk itu tingkatkanlah kecintaan kito pada-Nya,
teruslah belayar cari ilmu-Nya sampai mano sajo yang membuat kito semakin dalem hanyut dalam kasih sayang-Nya.