Minggu, 26 Januari 2014

Catatan Mata

Aku sudah lama menunggu matahari itu terbit,
namun tetap saat ku buka mata ternyata gelap nampak di ahri ini,
lagi, lagi dan lagi tak henti - hentinya terus ku berdoa meminta mendpati matahari yang terbit kemudian ia terbenam dan aku ada sebagai saksinya.
Namun, lagi - lagi pula aku terlalu terlena dalam do'a hingga terbit maupun tenggelam aku jua tak mampu melihatnya.

Sempat aku mati, matahari itu.
Aku pekikan penginaan yang menusuk,
namun aku tak jua mendaptkan respon yang diharap.
Lagi - lagi, kekecewaan mengampiri dengan berjuta harapan bisa melihat mentari itu.

Ahh!! Apa yang salah padaku ?
Apakah Indonesia memang tak bermatahari?
Atau aku yang tak bisa menerima keberadaan diri,
kondisi dimana memang aku harusnya lebih bersyukur karena hanya tak dapat melihat saat mentari terbit dan terbenam.
Sementara masih ada orang yang kulitnya lantas memerah dan melepuh, karena tak boleh terkena sinar mentari.
Ya, akhirnya aku pahami diri.
Aku mulai terima kondisi yang memang tak bisa melihat keindahan Ciptaan-Nya,
namun begitu harus ku syukuri karena aku masih bisa merasakan hangatnya bias mentari.

Tidak ada komentar: