Jumat, 08 Mei 2015

Korban Kebijakan itu

"Korban Kebijaksanaa itu, disaat mestinya ia duduk dikursi depan, ia malah harus rela duduk dikursi paling belakang karena alasan tak jelas dan aturan tak transparan."


Ahh!! Dia, langsung katakan. "Aku tak tak mau ada disini."
Wajar saja, karena ia pun menyadari kursinya.
Ahhh!!! Aku tidak mau dapet ini? Keluhnya.
Ya terang saja, dia punya hak untuk mengeluarkan suara.

Tapi, bagaimana ?
Ia hanya bisa mengeluarkan suara.
"Akhhh!!!"
Entahlah, karena suaranya pun tak didengar.

Terus, bagaimana ?
Biar saja, menjadi korban bisa dijadikan hikmah.
Tohhh, bukan kita yang tidak transparan.
Aturannya saja yang tidak jelas,
seolah menyengaja disamarkan.
Akhirnya terntangkap sudah,
maksud nyatanya,
berdalih kompetisi,
ternyata hanya sebagai reaksi pengumpul masa dalam mencari rezeki.
Kalau sudah begini, "Siapa yang harus disalahkan?"
Ahhh!!! Paling korban harus terima hasil yang tak sepantasnya.
Penonton terbius, juri mengacungkan jempol,
namun satu pernyataan merubah mimpi seorang dara.

Tidak ada komentar: