Teman, hari
ini kamu terlihat baik.
Bagaiamana
dengan jalanan yang kemarin kita lewati ?
Mungkin kamu
bingung, mengapa aku bertanya tentang hal itu ?
Padahal bisa
jadi yang ingin kau dengar adalah perhatianku yang lebih terpusat padamu.
Ahh! Sudahlah teman,
tak usah kau risau hati.
Mungkin memang
benar rasa peduliku mulai memudar kini,
Namun itu
hanya untuk membuatmu mengerti,
Bukan untuk
membuat hati bersedih,
Sekedar ingin
merubah paradigma diri,
Hingga
kepercayaanku tentangmu teman kembali bangkit.
Jalanan itu
tetap berlubang kawan,
Aku tahu itu
hanya pengalihan perhatiaan, karena kau tak ingin melihatku berduka.
Kawanku yang
baik hatinya, tak perlulah kau risau hati.
Aku tahu kau
begitu menyayanginku, sehingga kau lebih peduli dengan jalanan dari pada diri
ini.
Kawan kuatkan
hatimu, agar aku pun bisa percaya bahwa hidup bagaimana berjalannya takdir.
Kawan sudah
cukup kamu berlarut dalam wajah sendu menatap jalan yang kian berlumbang dan
saat hujan deras lubang itu tertutup genangan air.
Betapa ku tahu,
usaha mu menutup lubang itu cukup keras, namun ternyata Robb berkehendak lain.
Para pembesar
dengan dompet semakin tebal, berdalih belum memiliki anggaran untuk
memperbaiki....
Hingga na’as
menimpa kami rakyat kecil,
Adik kawan
menjadi korban ganasnya jalanan berlubang – lubang meski nampak kecil,
Ia dengan
pasti merenggang nyawa terhimpit mobil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar