Minggu, 10 November 2013

Maming itu Kebodohan



Apa yang terbesit dalam benak kita, jika menyebut hari sabtu ?
Mungkinkah sekumpulan muda/i yang menyibukan diri diluar rumah selepas malam menyapa ?

Ahh! Rasanya itu adalah suatu kekonyolan belaka yang akhirnya menyisahkan luka mendalam.

Bagiku hari sabtu, sama saja dengan hari – hari yang lain.
Ahh! Jika itu yang ku katakan, maka orang akan berkata bahwa itu adalah ucaoan dari para Jomblo.
Kemudian jika seseorang terus – terusan saja diledek dengan sebutan Jomlo, apa yang akan terjadi pada orang tersebut ?
Kekesalan diri, meratapi nasih dan pudarlah rasa percaya diri.
Ya salam, mengapakah harus menjadi seseorang yang dilematis seperti itu ?
Apa hanya karena disebut sebagai seorang Jomlo, seolah kegalauan melanda, gundah berkepanjangan sampai kita baru mampu tersenyum saat ada gadis cantik yang menyapa, “ Bang, Mie Ayam nya Satu Porsi ? “
Alahhh, bodoh kalilah hidup ini.

Tak usahlah merasa menjadi orang yang menyedihkan hanya karena disebut sebagai seorang yang Jomlo.
Payahlah itu, mestinya para orang yang Jomlo harus bersyukur dengan kejomloan mereka. Karena mereka jauhlah lebih beruntung dari pada mereka yang mengaku happy punya kekasih.
Happy mereka itu kalau ketemu and mojok berduaan saja, nanti pas putus sakit hati dan rasa galau yang betul – betul mereka ledekan pada si jomlopun terasa dan menjadi seolah sangat berat karena mereka sendiri yang mendramatisirkan.

“Aku patah hati, si do’i telah pergi, ia meninggalkan luka dihati hingga rasa nya aku ingin mati.”

Alah nilai ulangan 2 aja sok – sok puitis, gak naik kelas gak pernah bilang mau gantung diri karena malu. Ditinggal pergi sama gadis yang baru dikenalnya seminggu dah klepek – klepek kayak ayam jago yang kalah di aduin. Helloooo para lelaki atau pun wanita, tak perlulah anda merasa bangga merasa cinta monyet, hingga anda lupa pada kewajiban diri sebagai anak yang harusnya beerbakti dengan membahagiakan orang tua yang selalu menanti anaknya pulang dengan prestasi.

Cukup, sudah hentikanlah mengikuti budaya syetan yang seolah menjajaki diri, meni’mati malam untuk membuat diri terlena pada pengikut iblis, yang demikian ini pada akhirnya akan mematahkan hati.

Tidak akan ada yang diuntungkan dari sabtu malam yang dipuja-puja para lelaki.
Hai ladies, stop membodohi diri sendiri dengan merasa senang meni’mati malam minggu sambil menonton filem dibioskop dengan lampu tak menyala. Percayalah anda hanya akan menjadi korban dari nafsyu yang kemudian menyelimuti otak para lelaki.




"Tulisan ini diambil dari halama Artikelku yaitu Pacaran Yuuk Boleh tapi NIakh dulu, yang sedang berusaha mencari Penerbitnya. Apakah ada diantara Anda yang tertarik ?
Terima kasih ^^

Tidak ada komentar: