Jumat, 08 November 2013

Kekasih hatiku untuk Sahabatku

“aku suka padamu, suka, suka, suka sampai jantungku berdegung kencang setiap kali aku melihatmu”
Kalimat cinta itu membuat orang yang lalu lalang berhenti dan tertarik untuk melihatnya, ada diantara mereka yang mengabadikan moment romantis itu dengan kamera hp, ada pula yang lantas memasang taruhan. “Pasti ditolak”, “Belum tentu loch, Lusi kan cantik, kaya dan populer. Bisa jadi kali ini aku yang menang”, “Hahaha tapi kan kawan kita Rio itu berbeda, enggak kayak kamu ambil embat aja!”
 “jika Rio menyukaiku Rio bisa makan cokelat ini, tapi jika Rio membuang cokelat ini artinya Rio tidak menyukaiku. Tapi aku percaya, kalau Rio itu juga menyukaiku.” Ucapnya dengan begitu percaya diri.
Cokelat terasa manis berada pada tangan kanan lusi, ia kemudian memberikannya kepada Rio dengan harapan Rio akan mengambil dan memakan habis cokelat itu.
“makan, makan, makan....” teriak mahasiswa/i yang ada di taman kampus mendukung Lusi.

Awan hitam menjadi accecories dilangit biru,
Gelap kelabu mulai nampak bak hujan akan turun,
Sementara itu Lusi gelisah berharap cemas dan menunggu.

“Kekanak-kanakan.” Rio pun berlalu begitu saja, meninggalkan getir dihati Lusi.

Tanpa suara Lusi terpaku, sedang hiruk pikuk semua orang kembali berlalung lalang meninggalkan kesunyiaan sembil menanti hujan yang perlahan namun pasti keluar dari balik jendela langit.
“aku suka hari ini hujan turun.” Lusi termanggu dalam pemikiran yang dalam.
“Hujan, hujan, hujan....” Sari teman Lusi lantas menarik lengan dan mengajak Lusi berteduh.

Dalam mobil berwarna merah dengan sticker Hello Kitty menghias dibalik jendela mobil Lusi.
Lusi     : Aku tidak mengerti ‘Ri, kamu menjadi saksi tentang hubungan kami. 1 minggu yang lalu semua masih terasa indah dan begitu nyata, kita masih bercanda bersama, mengerjakan tugas kelompok dan berpergian bersama, bahkan saat kita lepas menonton filem dibioskop Rio mengantarkan ak... “Aku baru ingat sesuatu, Rio mengantarkan kamu pulang kan ? sedang daniel yang mengatarkan aku pulang.” Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu Sari ?
Sari     : Bisa kita bicarakan ini besok saja. Kamu nampak tak sehat, wajahmu terlihat pucat. Aku tidka mau terjadi apa-apa padamu ?
Lusi    : Aku tidak bisa, karena saat ini terlalu banyak kecurigaan dalam pemikiranku. Aku tidak ingin semua pemikiran ini mengusik persahabatan kita. “Tolong, katakanlah apa sebetulnya yang terjadi antara kamu dan Rio ?”
Sari    : Tidak ada yang terjadi diantara kami, malam itu hanya suatu kebetulan saja Rio mengantarku pulang, kamu tahu kan ‘Si, rumah kami searah. “Tolong, jangan curigai aku seperti ini.”
Lusi      : Maafkan aku perlu waktu, tolong keluar dari mobilku.
Sari      : Diluar hujan besar biarkan hujan reda dulu, setelah itu aku akan turun.
Lusi      : Keluar dari mobilku, Sekarang!!!

Dalam guyuran hujan yang membasahi bumi, Sari terdiam membisu mendapati amarah sahabatnya yang begitu besar. Lusi lantas meninggalkan Sari seorang diri ditengah guyuran hujan lebat. Sari mulai berjalan menyusuri sudut jalan meninggalkan kampus. “Aku senang hari ini hujan turun lebat, ketika aku menangis ia menjadi teman terbaiku.”gumam Sari.

Tidit, tidit,tidiiittt.... bunyi klacson dari Mobil Jip berwarna hitam nampak memberi kode pada Sari. Perlahan kaca depan dari jendela Jip itu terbuka, “Masuklah, kamu akan sakit jika terus berjalan ditengah guyuran hujan itu.” Suara lelaki mengagetkan Sari. “Daniel, sejak kapan kamu disini?”... “Cukup lama untuk menguntitmu dari belakang!” jawab Daniel, “Sudah masuklah sekarang dan enggak boleh menolak, ok.” ... “Nah, gitu dong dari pada sakit yang rugikan kamu sendiri. Sudah hapus nihhh air matanya, ada tissue di jok belakang. Tenang aja besok juga di kampus kalian baikan lagi kok.”
**

Pagi dalam balutan hati yang gundah,
Sementara awan mendung masih murah tak nampak tersenyum,
Gaduh suara orang memenuhi sepanjang Kampus.

“Dimana kamu Lusi, apa kamu baik-baik saja ?”
“Tuhhh lihat si Sari, enggak nyangka yaa tega rebut Pacar Sahabatnya sendiri. Padahal kan selama ini, kita tahu banget kalau Rio itu sukanya sama Lusi. Ehh, malah tega-teganya pergi berdua sama Rio. Iich ogah dech punya teman nusuk dari belakang gitu.”
Ayo Sari, santai saja biarkan jangan tanggapi mereka mau berbicara apa, fokus saja dengan apa yang akan kamu selesaikan dengan Lusi. “Yaa Ampun, napa teleponnya enggak diangkat terus sich, kamu dimana Lusi ? Seharian ini aku sudah mencari disetiap sudut kampus.”

“Hai Ri, lagi apa serius amat ? Tumben sendiri, mana teman yang kekanak-kanakan itu ?” tanya Rio yang mengagetkan Sari.
“Rio, bikin kaget aja dech. Iya justru itu, aku juga lagi cari Lusi. Dari tadi kok enggak keliatan juga dech.”
Rio       : Mungkin dia di perpustakaan.
Sari      : Lusi, bukankah itu adalah tempat yang dia hindari.
Rio     : Justru karena itu tempat yang dia hindari, makanya dia bersembunyi disana. Dia tahu, bahwa kamu tidak akan mencarinya disana.
Sari      : #$%^&$@^$^**((@#@%$^# ? Aku akan coba mencarinya kesana.
Rio       : Aku temani yaa!!

Tak disangka-sangka, saat dimana Rio dan Sari bergegas ke Perpustakaan. Lusi malah memergoki mereka berdua yang beranjak menemuinya.
Sari      : Lusi, aku mencarimu. Kamu dari mana ?
Lusi     : awalnya aku tak mau mempercayai semua ini, tapi ternyata ini benar adanya. Kamu menghianati aku, Sari. Aku benci kamu, aku benci, benci kalian berdua.
Lusi, ini tidak seperti yang kamu kira. Sari dan Rio berusaha mengejar Lusi yang berlari dengan menangis tak melihat jalan yang ia lalui, sementara dari arah berlawanan motor melaju dan menabrak Lusi.
Sari dan Rio begitu terkejut, namun Daniel yang mengedari motor itu membuyarkan semua kepanikan mereka. Lusi, yaa Ampun kenapa kamu berlari kearah motor begitu saja. “Rio, kamu bawa mobil kan ? Sekarang kita langsung bawa Lusi ke Rumah Sakit.”
... :( ...

Sesampainya di Rumah Sakit, Lusi pun langsung mendapatkan pemeriksaan Dokter Roni. Dokter Roni adalah Ayah Daniel, keluarga Daniel sudah berteman sejak lama dengan keluarga Lusi. “Ayah, tolong selamatkan Lusi, aku tidak sengaja menabraknya Yah.” Ucap Daniel yang begitu khawatir.

Orang tua Lusi yang telah dihubungi langsung oleh Sari telah sampai di Rumah Sakit, Rio pun berusaha menjelaskan peristiwa yang menimpa Lusi. Sementara Lusi berusaha menenangkan Daniel yang nampak muram, sedih dan khawatir dengan kondisi Lusi yang langsung masuk ruang operasi.

1.5 jam kemudian...

Ranti Ibu Lusi  : Bagaimana keadaan Lusi, Ron ?
Dok. Roni        : Ranti, Restu masih di Singapoer. Ayo bicara di kantor ku saja.
Dokter Roni dan Ranti pun bergegas menuju ruangan Dokter untuk membicarakan kondisi kesehatan Lusi. Sementara sampai besok hari Lusi belum bisa dibesuk, Lusi hanya boleh ditemani satu orang yang akan menunggu dan merawatnya. Sari memilih untuk menunggu Lusi, begitu juga Rio dan Daniel yang berbeda keduanya menunggu di luar kamar sementara Sari didalam kamar.

Sari       :  Lusi, kenapa harus seperti ini. Seandainya kamu mau sedikit saja mendengarkan penjelasanku, atau sekedar bersabar untuk memahami perasaan Rio yang sebenarnya. Lusi, Rio itu sayang sama kamu, saat dia mengatarkan aku pulang dia menceritakan semua perasaannya padaku, namun dia menahan untuk mengatakannya karena Daniel juga menyukaimu. Lusi, tolong kembalilah sadar, aku sungguh akan mengatakan sejujurnya.
Beberapa menit kemudian...

“Sari pulang saja kerumah ya, sana bangunin juga Daniel dan Rio suruh mereka istirahat di rumah. Diluar mereka tertidur di kursi tunggu.“ ucapan Ranti mengagetkan Sari yang sedang menangis.
“Tante, bagaimana kondisi Lusi. Iya akan sadar kan ?” tanya Sari yang begitu menghawatirkan kondisi kesehatan Sari.
“mari kita berdoa, Dokter Roni bilang semestinya besok Lusi sudah siuman, tapi nampaknya Lusi sendiri yang tak ingin bangun dari tidurnya. Jika kondisinya dibiarkan demikian maka ia akan masuk dalam kondisi Koma.” Penjelasan dari Ibunya Lusi mematahkan hati Sari.

3 minggu setelah peristiwa itu...
Lusi belum siuman, ia dinyatakan koma. Teman-temannya tak pernah berhenti mengunjungi Lusi, terutama Sari. Sari selalu berbagi cerita membaca buku cerita, terkadang juga mengerjakan tugas kuliahnya sambil menjaga Lusi. “Lusi, aku mohon bangunlah. Kamu sahabatku satu-satunya, aku menyayangimu Lusi. Aku tahu kamu begitu menyukai Rio, meski sebenarnya aku menaruh hati pada Rio namun aku tahu Rio pun menyukaimu. Malam itu, sungguh tak ada yang terjadi diantara kami, Rio sungguh menyukaimu, ia hanya tidak ingin menyakiti sahabatnya Daniel, karena itu ia tidak menjawab mu.” Sari tak henti-hentinya menangis, air mata Sari bahkan membasahi lengan Lusi yang sedari tadi Sari genggam dengan erat. “Dokter, Suster cepat kemari jari Lusi bergerak.” Sari nampak gembira mendapati jari jemari Lusi yang mulai menunjukan reaksi terhadap percakapan.

Dokter   : ini kabar gembira buat kita, Lusi sudah mulai menunjukan reaksi pada setiap apapun yang dikatakan padanya, ajak terus dia berbicara karena pasien yang koma pada dasarnya bisa mendengar apa yang kita katakan padanya.
Sari      : baik Dokter, terima kasih. Sari akan bergegas mengabari Tante Ranti dan Om Restu.

Sejak mendapati kabar baik itu, orang tua dan teman-teman Lusi lebih sering datang dan mengunjungi Lusi, terutama Sari, Rio dan Daniel. Mereka selah bergantian jam besuk untuk mendapati waktu bersama-sama dengan Lusi.

2 minggu berlalu, Lusi pun menunjukan perubahan yang seiginifikan bahkan ia dinyatakan sehat dan bisa kembali pulang.

“Alhamdulillah, ini hari yang paling membahagiakan kita semua.”ucap Ibunya Lusi. Mulai sekarang Daniel, Rio dan Sari tidak perlu bergantian menjaga dan merawat Lusi di Rumah Sakit yaa. Tante sama Om titip Lusi saat berada di Kampus, pokoknya setiap kali Lusi pergi bersama kalian. “Baik om tante” ucap mereka bersamaan.

3 hari Lusi beristirahat di Rumah, kembali masa-masa yang ia rindukan siap terni’mati kembali. Bercanda bersama sahabatnya Sari, manja-manja Lusi dan keusilan Lusi kembali nampa. “Aku rindu sekali padamu, maafkan aku Lusi.” Ucap Sari, “Aku lebih merindukan kamu, maafkan atas kesalahpahaman kita selama ini ya. Kamu memang sahabat yang paling baik, aku janji kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu.” Lusipun memeluk sahabatnya itu. “Bagiku melihatmu kembali sehat dan ceria seperti dulu, itu sudah sangat membahagiakan sekali. Saripun mengapus air mata bahagia yang menetes dipipihnya. Drama bahagia duo sahabat yang seolah temu kangen lama tak bersua, dikejutkan dengan suara Daniel yang sedang menyanyi, Sudah katakan cinta sudah kubilang sayang, namun kau hanya diam tersenyum kepadaku, Kau buat aku bimbang, kau buat aku gelisah, ingin rasanya kau jadi milikku...Daniel dengan gayanya yang nyeleneh mencoba mencuri hati Lusi dengan bernyanyi di tengah taman kampus, tempat dimana mereka berempat sering berkumpul. Tangan kiri Daniel memegang Mic dan jemari tangan kanannya menunjuk Lusi. 

“Woyyy, ngapain berisik tahu. Bubar.” Teriak seorang satpam yang mengentikan pertunjukan Daniel. “Bentar aja napa Pak, kayak enggak pernah muda aja?” keluh Daniel pada satpam itu. 
“Lusi berlesung pipih, senyum manis menembus hati, lidahku keluh saat berhadapan denganmu, namun aku tak ingin menyesal kedua kalinya, cukup bagiku mendapatimu terbaring terlalu lama dirumah sakit itu, semua hal yang terjadi selama ini telah menguatkan aku untuk meyakinkanmu menjadi belahan jiwaku, aku begitu mencintaimu hingga setiap kali bertemu dengan mu jantungku berdegung dengan cepatnya. Aku Mencintaimu, dan kamu tidak perlu menolakku, karena aku berjanji akan mencintaimu seumur hidupku.”

“Aku, aku ...” Lusi nampak ragu ingin menjawab.
“Lusi, aku tahu ini tidak benar. Bukan dia yang kamu cinta.” Sari berusaha menyakinkan Lusi.
“Terima nenk, biar langsung pada bubar. Bikin rusuh aja.” Satpam nampak masih kesal dengan ulah Daniel.
“Iya tuhhh, sudah Niel bubar aja.” Pinta Sari.
“Kagak bisa gitu kali, iya gak ‘Yo (RIO)” celoteh Daniel.
“Rio, apa maksudnya ?” tanya Sari penasaran.
“Iya ini Rio yang rencanakan semua ini, tadinya dia mau menyatakan perasaannya pada gadis pujaannya, tapi setelah aku cerita punya perasaan dan mau menyatakan perasaanku pada Lusi, Rio mengijinkan aku menggunakan idenya dan juga membantu aku. Rio memang sahabatku yang paling keren.” Jelas Daniel.
“ini enggak benar. Dasar orang aneh.” Celetuk Sari.
“bubar, bubar malah ngobrol lagi.” Satpam ini nampaknya semakin kesal saja.
“Pak Satpam, tenang dech nanti tak nyanyikan lagu favoritnya Pak Satpam kalau Lusi terima aku. Nah Pak Satpam berdoa saja ya.” Ucap Daniel.
“Akh! Kayak yang tahu aja lagu kesukaan saya, cepe, cepe dech.” Pinta Satpam
“Siap Pak.”

“Lusi yang menancapkan Panas Asmara tepat di jantung hatiku, bersediakan kamu menjadi premaisuri dalam hidupku ?” pinta Daniel sambil memberikan seikat bunga mawar putih berkuncup cincin perak bermata jeli.

“Langit biru awan begitu cerah ya, nampaknya aku tak ingin melihat peristiwa dimana hujan turun begitu lebat. Aku serahkan hatiku pada mu.” Jawaban Lusi membuat Sari dan Rio terkejut.

“Yeahhhhh, goyangkan Pak Sekuntum Mawar Merahnya. Asyik. Terima kasih Lusi.”Daniel sungguh berbahagia, kebahagiaannya bahkan tak mampu membuat ia meraba perasaan sahabatnya sendiri. 

"Sari, semoga kau dan Rio berbahagia." guman Lusi dalam hatinya, ia mengira dengan menerima cinta Daniel, maka Lusi telah membuka peluang untuk Sari memperoleh hati Rio. **

2 komentar:

elsapuspita mengatakan...

cerita yang bagus. jelas.... tapi masih bingung juga kenapa dan ada apa dengan lusi, sari, rio n daniel.....
hahaaaa musti baca 2 kali nih biar ngerti.... ;)

elsapuspita mengatakan...

cerita yang bagus..... tapi saya masih bingung kenapa n ada apa dengan sari, lusi, rio dan daniel....
wahhhh saya harus baca ulang lagi nih.... ;)