“
GISEL DAN MONA - Tabir
OLEH MITA
RIA. S “
Dering telepon
pagi itu membangunkan
Gisel dalam tidurnya
dibalut mimpi semu.
“
Iya, hallo siapa
nih ? “ jawab Gisel
diujung hp-nya.
“
Gis, kamu dimana ?
jangan bilang kalau
kamu belum bangun
ya, ini udah
jam setengah Sembilan,
bentar lagi cowok dari
kontak jodoh itu
datang, kamu kan
janji mau nemenin
aku.” tanya temannya
Mona.
“ Apa ??? Lagi !! Bukannnya
yang semalam itu
terakhir. Please dech
Mona, semalam kita
pulang jam 11
loch. Kamu ‘gak
capek apa ? “ keluh Gisel.
“ Habis
mau gimana lagi
donk, ayahku sudah
memintaku untuk memperkenalkan pacarku.
Kalau sampai aku
‘gak bawa tuh
cowok dalam waktu
seminggu ketemu sama
papa, aku bisa
dijodohkan.”
“
Oke, 1 jam lagi
aku kesana yaa. Byeee… “
( Dua
jam kemudian…. )
“
Hallo Mona, dimana
cowok itu ? “ sapa Gisel yang
jelas jelas datang
terlambat.
“
Jangan bicara padaku,
aku marah padamu ? “
keluh Mona
“
Kok marah sich,
maaf donk, jalanan
macet parah. Aku sudah berusaha
secepat mungkin untuk
sampai kesini. Btw, cowoknya
cakep kan ? “
“
Oke, aku
maafkan, tapi traktir
yaa. Hehehhe :D “
(
Percakapan mereka begitu
hangat, Mona menceritakan
tentang pertemuannya dengan
pria yang dikenalnya melalui kontak
jodoh. Menurutnya, pria
tersebut terlihat manis,
dan giselpun nampaknya
tertarik untuk mengenal
pria yang begitu
antusias saat Mona
ceritakan )
“
Oke dech, besok
kamu mesti kenalkan
aku padanya yaa ? “
Pinta Gisel.
“
Hahhah, enak saja. ‘gak
mau akhh, takut
dia jatuh cinta
padamu. “ Ledek Mona,,
yang disambut gelak
tawa mereka. “ Kasih
aku waktu tiga
hari yaa untuk
mengenalnya lebih dekat,
baru kemudian aku
kenalkan padamu sebelum
aku pertemukan dengan
papa. “ Ucap Mona
yang diiyakan oleh
Gisel.
( Tiga
hari berlalu… )
Gisel dan
Mona memang sudah
lama bersahabat, orang
tua Gisel dan
Mona berteman sejak
mereka masih dibangku
sekolah. Dan persahabatan
kedua oang tua
mereka ini dilanjutkan
oleh anak anak
mereka yaitu Gisel
dan Mona.
Gisel kehilangan orang tuanya saat ia masih remaja, saat itu duduk dibangku kelas 2 Smp, dan pada saat yang bersamaan ibu Mona meninggal dunia. Memang bukan kebetulan semata, karena pada saat itu mereka berempat sedang pergi bersama untuk menghadiri undangan reunian sekolah, diperjalanan mereka dirampok oleh sekelompok genk motor, na’as karena ternyata genk motor tersebut menggunakan senjata api, dan dari kejadian tersebut yang selamat hanya papa Mona saja. Sejak itu Gisel dirawat dan tinggal bersama dirumah Mona, namun menginjak kelas 2 SMA, Gisel sempat menimba ilmu di Australia tempat ibunya dilahirkan, dan kembali lagi ke Indonesia saat mereka berusia 21 Tahun. Saat ini mereka memiliki hobi yang nyaris sama, memotret dan dipotret. Gisel dari dulu memang sangat angggun dan cantik, di sekolah ia selalu menjadi sorotan ia begitu popular. Berbeda dengan Mona, Mona tidak terlalu anggun tapi dia tidak tomboy, dia hanya tidak suka menggunakan rok, heheh . Hal yang paling dia sukai adalah memotret Gisel.
Gisel kehilangan orang tuanya saat ia masih remaja, saat itu duduk dibangku kelas 2 Smp, dan pada saat yang bersamaan ibu Mona meninggal dunia. Memang bukan kebetulan semata, karena pada saat itu mereka berempat sedang pergi bersama untuk menghadiri undangan reunian sekolah, diperjalanan mereka dirampok oleh sekelompok genk motor, na’as karena ternyata genk motor tersebut menggunakan senjata api, dan dari kejadian tersebut yang selamat hanya papa Mona saja. Sejak itu Gisel dirawat dan tinggal bersama dirumah Mona, namun menginjak kelas 2 SMA, Gisel sempat menimba ilmu di Australia tempat ibunya dilahirkan, dan kembali lagi ke Indonesia saat mereka berusia 21 Tahun. Saat ini mereka memiliki hobi yang nyaris sama, memotret dan dipotret. Gisel dari dulu memang sangat angggun dan cantik, di sekolah ia selalu menjadi sorotan ia begitu popular. Berbeda dengan Mona, Mona tidak terlalu anggun tapi dia tidak tomboy, dia hanya tidak suka menggunakan rok, heheh . Hal yang paling dia sukai adalah memotret Gisel.
***
Tepat di
café, tempat mereka
janji bertemu. Sekitar
pukul 20.00 WIB pulang kerja
malam itu sangat
terang, tidak nampak
akan turun hujan.
Mona dan Anton
pria yang sekarang
menjadi kekasih mona,
mereka sudah sampai
lebih dulu menunggu
kedatangan Gisel.
20.15
WIB, dengan blues
berwarna merah muda
dan rambut panjang
teurai, anggunnya cara
ia berjalan, sudah
bisa dikenali dari
jauh bahwa itu
adalah Gisel.
“ Nah ini temanku adikku, kakakku dan bodyguardku,, hehehe . Gisel hernada fernadezzz. “ Ucap Mona mengenalkan Gisel kepada Anton.
“ Nah ini temanku adikku, kakakku dan bodyguardku,, hehehe . Gisel hernada fernadezzz. “ Ucap Mona mengenalkan Gisel kepada Anton.
“
Hai, aku Anton.
Hanya Anton !! “ Jawab
Anton yang tidak
memiliki nama belakang,
seraya menjabat tangan
Gisel sambil tersenyum. “
Silakan duduk !! “
Mereka bertiga
pun duduk bersama dalam
satu meja, posisi
mereka menarik sekali.
Anton duduk menghadap
kedua wanita cantik
tersebut.
“
Kamu masih cantik
seperti dulu.” Ucap
Anton membuka perbincangan
dengan memuji Gisel.
“
Loch, kalian sudah
saling kenal sebelumnya
yaa ? Akhh….. curang curang,
jangan tusuk aku
dari belakang yaa ? “
Tanya Mona penasaran.
“
Kami tidak begitu
mengenal, hanya pernah
bertemu saat di Autralia
saja, kami sempat
satu kampus. “ Jawab
Gisel yang kemudian
menatap tajam mata
Anton.
“
Iya !! “ Jawab Anton
singkat membenarkan ucapan
Gisel.
“
Oh begitu, aku
sudah kaget setengah
mati, ku kira
kalian mantan pacar L “
Begitulah menurut
Mona, dan tentu
pertemuan singkat itu
memiliki kesan tersendiri
khususnya bagi Gisel
dan Anton, apa
yang mereka pikirkan
hanya mereka yang
tahu ?
^^^^^ ...^^^^^
(
Seminggu kemudian… )
Sabtu tepat
pukul 11.00 WIB, Mona datang
mengunjungi rumah Gisel.
“
Permisi, gis, lagi
dikamar yaa ? “ iiichhh…
kebiasaan dech, pintu
rumah ‘gak dikunci.”
Gerutu Mona seraya
masuk kerumah Gisel.
“ Gis, nanti malam
bisa temenin aku
ke pestanya Mas
Pram ‘ gak ? Aku
agak risih nih
kalau datang sendiri,
mengingat dia punya
perasaan terhadapku, kalau
aku ‘gak datang,
‘gak enak juga,
soalnya dia patner
bosku. Aku juga
‘gak bisa ajak
anton, dari tadi
hp-nya ‘gak bisa
dihubungi. Eeehh….. kamu dimana
sich gis, kok
‘gak nyaut -
nyaut. “ Keluh mona
yang tidak mendapat
respon dari Gisel,
namun ia tetap
mencari Gisel sampai
kekamarnya.
Semakin dekat
dalam perjalanan menuju
kamar gisel, mona
mulai melihat kejanggalan.
Rumah itu terasa
sepi, Gisel memang tidak
sendiri di rumah peninggalan
kedua orang tuanya
itu, ia ditemani oleh
dua pengurus rumah,
namun karena ini
hari sabtu biasanya
para pengurus rumah
pulang kerumah mereka
dan kembali lagi
hari senin.
Dengan perasaan yang begitu resah, dia tetap berjalan perlahan demi perlahan menyusuri tangga menuju kamar Gisel. “ Aku tahu Gisel, jika ia sedang sendiri, ia pasti memutar musik dengan kencang, bukan seperti ini, ini begitu hening seorang rumah ini tak berpenghuni . “ Gumam Mona dalam hati yang dihinggapi perasaan cemas.
Semakin kaget Mona, melihat warna kursi tepat dilantai dua yang menuju kamar Gisel berantakan, “ Ini tidak benar ? “ gumamnya dalam hati, yang langsung menelepon papanya. “ Pa, cepat datang kerumah Gisel. Rumah Gisel dirampok !!! “ Ucap Mona ditelepon meminta papanya segera datang. Dengan perasaan takut, Monaa tetap berusaha menguat – nguatkan dirinya untuk melihat Gisel dikamarnya. “ Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa, teriakan Mona, memjawab ketakutan hatinya. Gis, gis… bangun gis… “ Pinta Mona, seraya mengangkat kepalanya Gisel kepangkuannya. Dilihatlah Anton yang juga terbaring persis diranjang Gisel.
Dengan perasaan yang begitu resah, dia tetap berjalan perlahan demi perlahan menyusuri tangga menuju kamar Gisel. “ Aku tahu Gisel, jika ia sedang sendiri, ia pasti memutar musik dengan kencang, bukan seperti ini, ini begitu hening seorang rumah ini tak berpenghuni . “ Gumam Mona dalam hati yang dihinggapi perasaan cemas.
Semakin kaget Mona, melihat warna kursi tepat dilantai dua yang menuju kamar Gisel berantakan, “ Ini tidak benar ? “ gumamnya dalam hati, yang langsung menelepon papanya. “ Pa, cepat datang kerumah Gisel. Rumah Gisel dirampok !!! “ Ucap Mona ditelepon meminta papanya segera datang. Dengan perasaan takut, Monaa tetap berusaha menguat – nguatkan dirinya untuk melihat Gisel dikamarnya. “ Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa, teriakan Mona, memjawab ketakutan hatinya. Gis, gis… bangun gis… “ Pinta Mona, seraya mengangkat kepalanya Gisel kepangkuannya. Dilihatlah Anton yang juga terbaring persis diranjang Gisel.
Sejam kemudian,
papa Mona yang
datang bersama polisi,
bergegas membawa Gisel
dan Anton kerumah
sakit. Seribu tanya
tergurat diwajah Mona,
“ Apa yang
terjadi diantara kalian,
mengapa Anton bisa
ada disana, dan
mengapa Gis, bajumu… ? “
Papanya menangkap kegundahan
hati anakanya, dan
kemudian mencoba menenangkan
hati anak semata
wayangnya itu dengan
memeluknya. “ Kamu
pasti bisa mengatasi ini semua, jangan
terlalu percaya dengan
apa yang kamu
lihat, sebelum kamu
membuktikannya sendiri. “ Hibur
papanya.
Dirumah sakit
itu, aku melihat
betapa malangnya seorang
Gisel yang selalu
nampak anggun cantik
dan menarik dibalik
kamera, dibangsal ini
ia terlihat begitu
tak berdaya.
“ Seminggu lamanya
kamu tak terbangun
Gisel, sedang Anton
telah meninggalkan kita
semua, bangunlah Gisel
aku tak tahu
apa yang terjadi
pada kalian berdua,
dan sungguh setelah
kamu bangun, aku
tak akan bertanya
apa yang sebenarnya
terjadi pada Gisel,
mungkin itu terlalu
menyakitkan bagimu. Mendengar
penyelidikan polisi tentang kasus
ini, adalah cobaan
pemerkosaan, itu membuat
hatiku hancur. Gisel
aku mohon bukalah
matamu, aku tak
sanggup kehilanganmu. Gisel….. hiks
hiks L, isak tangis
dengan air mata
yang menetes ke-lengan
Gisel, ternyata membuat
Gisel kembali tersadar
dari komanya selama
seminggu. “
“
Mona ?! “ Kata pertama
Gisel saat terbangun,
membuat Mona begitu
terkejut sekaligus bahagia,
Mona langsung memeluk
erat sahabat tercintanya
itu.
“Hai, apa yang sebenarnya terjadi ? Mengapa kamu menangis, seolah olah hari ini adalah hari pemakamamku. “ Canda Gisel.
“Hai, apa yang sebenarnya terjadi ? Mengapa kamu menangis, seolah olah hari ini adalah hari pemakamamku. “ Canda Gisel.
“
Jangan banyak bicara
dulu Gisel .” Pinta Mona,
yang kemudian memanggil
Dokter dan Suster,
dengan menekan tombol ( alerm ) darurat
yang ada di samping
bangsal Gisel.
……..
Aku
bersyukur untukmu,
Aku bahagia
untukmu,
Biarlah yang
berlalu menjadi masa
lalu,
Takan pernah
kucoba membangun masa
depanku dengan membuat
perasaanmu terluka, hanya
karena aku terlampau
ingin tahu tentang
semua itu.
Meski demikian
ini menjadi misteri,
biarlah hati ini
menjadi buku hanya
untuk menyimpan semuanya
tanpa tersentuh olehmu.
“
Woiii, ngelamun aja
nih, mikirin apaan
sich ? “ Sapa Gisel
yang membuyarkan semua
kenangan itu.
“
Eh, kamu
Sel. Aku lagi
bayangin konsep buat
foto kamu. “ Kela’ Mona.
“
Ohhhh. Btw, konsepnya
kayak gimana nih…. Heheheh. Soalnya,
maaf ni aku
‘gak sempet buka
emailnya. “ Balas Gisel.
“
Iichh kebiasaan
dech. ‘gak profesional
banget, mentang -
mentang aku ‘gak
kontrak langsung ma
manager loe. Hehheheh . “ Keluh
Mona.
Tidak
ada yang tahu
dengan pasti apa
yang terjadi waktu
itu, dua bulan
berlalu, setelah Gisel
sadar dari komanya.
Meski keingin tahuan
mona begitu besar,
tapi ia tidak
pernah sekalipun mencoba
untuk mencari tahu
apa yang terjadi
pada gisel dan
anton. Sejujurnya penyelidikan
kasus tersebut, dalam
laporan kepolisian membuat
Mona tidak cukup
puas. Namun kekuatan
persahabatan yang telah
Mona jalin bersama
Gisel, membuat ia
memilih menutup semua
itu rapat rapat.
………..
Selang 3 bulan
kemudian ……
Karir
Gisel sebagai fotomodel
semakin berkibar, namun
tidak demikian dengan
mona. Sejak peristiwa
yang menimpa Gisel
dan Anton, Mona
tidak ingin memotret
apapun kecuali jika
bukan memotret Gisel.
Dan pemotretan 3
bulan yang lalu
dengan tema masa
lalu adalah karya
dia terakhir. Sebetulnya
karya tersebut dibuat
sebagai usaha mona
untuk membuka ingatan
Gisel tentang masa
lalu, namun selama
proses memotret tidak
sedikitpun mona mendeteksi
sinyal - sinyal
dimana Gisel mampu
sedikit saja mengingat
kejadian itu.
Selalu
ada hikmah dibalik peristiwa,
dalam penyelidikan kasus
Gisel dan Anton
dipmipin oleh detektif
Zion. Zion ini
sepertinya tertarik dengan
Mona, yaa wajar
saja, Mona cantik
pintar dan selama
proses penyelidikan Mona
mampu berkomunikasi dengan
baik. Sinyal sinyal
yang baik juga
diperlihatkan oleh Mona,
dari menerima ajakan
makan pemuda tampan
ini, dan begitu
juga malam ini
yang seharusnya menjadi
kencan yang baik,
atau paling tidak
harapan Mona adalah
Zion bersedia menyatakan
perasaannya.
“
Malam ini kamu
cantik sekali, dan di
café ini
aku rasa kamu
yang paling berkilau
diantara gadis gadis
yang ada disini. “
Puji Zion.
“
Berkilau, kayak berliann
aja. “ Ledek Mona
“ Aku
serius, dan bahkan
kamu lebih berkilau
dari berlian ini. “
Ucap Zion sambil
mengeluarkan cincin berlian
dan bermaksud untuk
menyatakan perasaanya.
Belum juga
sempat mengutarakan, pembincangan
mereka terjeda oleh
dering telepon Mona.
“
Mona, kamu lagi
dimana ? Tolong bantu
aku donk, mobilku
monggok, didaeerah sini
‘gak ada taksi
aku takut. Aku
smsin alamatnya yaa,
cepatttttt. Makasih. “ Ucap
Gisel.
Setelah menerima
sms dari Gisel,
Mona dan Zionpun
langsung meluncur dan
menemui Gisel.
Sesampainya disana,
mereka menemukan Gisel
tergeletak disamping mobilnya.
“
Gisel, ada apa
denganmu ? “ Ucap Mona
yang begitu panik,
dan kemudian meminta
Zion menggendong Gisel
ke mobilnya.
…..
sesampainya di rumah
sakit ..…
Dokterpun tidak
tahu dengan apa
yang terjadi pada
Gisel. Yang jelas
Gisel pingsan dengan
tekanan darah yang
normal, ia bahkan
terbilang sangat sehat,
tapi mengapa sampai
saat ini ia
belum sadar yaa ?
Jelas dokter kepada
Mona.
“ Sudah
jangan khawatir Mona,
mungkin ia kecapean
saja. “ Hibur Zion
yang melihat Mona
begitu khawatir.
“
Zion, kamu bisa
membantuku. Tolong temanin
dulu Gisel, aku
akan pergi kerumahnya
untuk mengambil baju
Gisel. “ Pinta Mona.
“ Kamu
bisa mengandalkanku. Hati
hati yaa. “ Zion
tersenyum melepas kepergiaan
Mona, seolah ia
takan melihatnya lagi.
“
Senyuman itu mengingatkan
aku dengan seseorang,
siapa ya ? rasanya
aku menjadi tak
begitu tenang. “ Guman
Mona dalam hati
diperjalanan menuju rumah
Gisel.
Sementara itu
dirumah sakit, kamar
melati 301.
Gisel mulai
siuman, dan ia
mendapati seorang laki
laki berada disamping
tempat tidurnya, bersandar
disebuah kursi yang
empuk.
“
Maaf Anda siapa ? “
Tanya isel penasaran.
“
Gisel, kamu sudah
siuman ? Alhamdulilah… Oh
iya aku Zion,
aku temannya Mona. Saat
ini Mona sedang
mengambil baju kerumahmu. “ Jawab
Zion.
“
Oh begitu. Sudah
berapa lama kamu
mengenal Mona, mengapa
Mona tidak pernah
berbicara tentangmu padaku.
Huff !!! Aku rasa satu
persatu orang mulai
meninggalkanku. “ Keluh Gisel
merasa tersisih.
“
Maksudnya, apa yang
kamu katakan Gisel.
Aku tidak mengerti. “
Jawab Zion.
“
Sudahlah, itu hanya
semilir angin yang
cepat berlalu. Bisakah
kamu membantuku. Aku
rasa, aku ingin
pulang malam ini
juga. “ Pinta Gisel mengalihkan
pembicaraan.
“
Tapi kamu belum
diizinkan pulang, dokter
masih belum memastikan
apa yang terjadi
padamu gisel. “ Keluh Zion.
“
Aku tidak peduli,
tubuhku milikku, dan
aku yang lebih
tahu apa yang
terjadi padaku. Untuk
apa kamu peduli
padaku, tidak usah
berpura pura baik
padaku, sahabat baikkupun
lebih memilih pergi
daripada menemaniku disini. “
Balas Gisel yang
lantas perlahan demi
perlahan membuka selang
infuse dilengannya, iapun
mulai menurunkan terlebih
dahulu kaki kananya,
yang kemudian dilanjutkan
dengan kaki kirinya,
perlahan Giselpun berdiri
dan kemudian terjatuh
hingga Zion dengan
sigap membantunya kembali
berbaring.
“
Apa aku
bilang, kamu masih
harus istirahat disini. “
Ucap Zion.
Namun Gisel
hanya terpaku dan
memandangi wajah Zion.
“
Gis, ada
sesuatu yang aneh
diwajahku. “ Tanya Zion
penasaran.
“
Jika kamu bertemu
lebih dulu denganku
sebelum Mona, apa
kamu akan menyukaiku ? “ Tanya
Gisel tiba - tiba.
“
Apa maksudmu, siapa
yang tidak akan
menyukaimu. Kamu cantik,
seorang model dan
kamu pintar. Bagi
seorang lelaki itu
sudah cukup menjadi
jaminan dan lebih
dari sekedar layak
untuk disukai. “ Jawab
Zion yang malah
membuat Gisel menangis.
“
Kenapa kamu menangis, Gis ? Apa
aku mengatakan hal
yang salah. “ Tanya
Zion penasaran.
Gisel hanya
terdiam tak bergeming
yang terlihat adalah
derai air mata
yang terus mengalir
tak berhenti.
“
Jangan menangis Gisel,
aku tidak bisa
melihat wanita cantik
sepertimu menangis. “ Ucap
Zion yang tiba
tiba saja memeluk
Gisel dengan erat.
“
Lepaskan, tolong tinggalkan
aku. Jangan kau
lakukan hal seperti
ini, aku benci
laki laki yang
tidak dapat menjaga
perasaan wanita. “ Ucap
Gisel yang kemudian
mendorong tubuh Zion.
Tanpa diduga
Mona melihat semua
kejadian itu….
“
Tinggalkan dia Zion !!! “ Ucap Mona
tiba tiba.
Zion dengan
perasaan bersalah, berusaha untuk
meminta maaf dan
menjelaskan bahwa sebenarnya
dia tidak bermaksud
melakukan itu. Dia
hanya mencoba untuk
menenangkan Gisel saja,
tetapi nampaknya semua
itu sia sia
saja, Mona tetap
pada pendiriannya dan
meminta Zion meninggalkan
kamar tersebut. “
Kumohon pergilah, dan
kuharap kita tidak
usah bertemu lagi. “
Pinta Mona seraya
mendorong Zion keluar
kamar dan kemudian
menutup dan mengunci
pintu kamar tersebut.
Mona lantas memeluk
Gisel yang sedang
menangis, saat itu
yang ada dibenaknya
hanyalah pria yang
tidak bisa menjaga
kesetiaannya, Mona tak
henti - hentinya
meminta maaf kepada
Gisel dan Giselpun
memeluk Mona, mereka
saling berperlukan dan
menangis bersama sama.
Seminggu kemudian….
“ Gisel, kamu
tahu aku tidak
bermaksud begitu. Saat
itu aku tidak
bersungguh sungguh menginginkan
ia menghilang dari
hidupku selamanya. Gisel
apa yang telah
kulakukan, zion benar
benar telah meninggalkanku, aku
bahkan tidak sempat
meminta maaf padanya. “
Keluh Mona di
dalam mobil, tepat
didepan pemakaman Zion.
Seminggu setelah
peristiwa tersebut, Zion
mengalami kecelakaan bermotor,
dan hari ini
hujan begitu deras,
awan yang begitu
biru di langit
indah berubah seketika
seolah mengiringi kepergiaan
Zion, pria yang
nyaris mampu meluluhkan
hati Mona.
“
Aku bersalah Gisel,
semua ini salahku.
Aku yang telah
membunuhnya. “ Mona terus
terusan menangis dan
tidak berhenti menyalahkan
dirinya, sementara Gisel
hanya bisa memeluk
Mona, dan menahan
air matanya. “
Mona, semua ini
bukan salahmu. Zion
mendapat balasan dari
apa yang telah
ia lakukan. “ Ucap
Gisel yang berusaha
menghibur mona. “ Apa
maksudmu, Gis ? “ Jawab
Mona penasaran. “ Ini bukan
tentang soal kamu
merasa bersalah atas
kematiannya Mona, aku
hanya mengingatkan saja,
bahwa di dunia ini
apapun yang kita
lakukan akan memperoleh
balasannya. Jadi tolong
Mona jangan terlalu
menyalahkan dirimu seperti
ini, itu sudah
takdirnya. “ Jawab Gisel
berusaha menjelaskan, agar
Mona tidak terus
menerus menyalahkan dirinya.
***
6 bulan
kemudian…
“ Tidak pernah
menyangka bahwa ternyata
hari ini datang
juga, aku turut bahagia
untukmu Mona, tapi
maaf aku tak
bisa hadir di hari
bahagia mu, bagiku ini
terlalu menyakitkan jika
kutahu pada akhirnya
kau tetap meninggalkanku, meski
begitu aku berterima
kasih untuk hari
hari yang sempat terlewati dan itu
menyenangkan bagiku. Untukmu
Mona, kuharap pendampingmu
kali ini, dapat
benar – benar membuatmu nyaman
dan tidak membuat
ia berakhir seperti
mereka yang telah
berlalu. Mona aku mencintaimu
lebih dari sekedar
sahabat, karena kita
sudah cukup lama
bersama bagiku kau
lebih dari sekedar
keluarga. Bahagia untukmu
Mona. Maaf untuk
hal yang menjadi
misteri dihidupmu, aku
tahu selama ini
kau tidak memiliki
jawaban untuk semua
yang terjadi dalam
hidupmu, namun Mona,
sungguh aku berharap
pedamping ini mampu
menjadi penawar dalam
racun ditubuhmu, dan
menjadi obat untuk
setiap kegundahan dalam
pemikiranmu. Gisel. “
Surat dari
Gisel, untuk Mona,
seolah membuka sedikit
tabir misteri yang
terjadi dalam dirinya.
Tatapannya kian kosong,
memorinya kembali mengulas
masa - masa
yang sudah sedemikian
kuat ia lupakan,
hari dimana seharusnya
senyum menghias bibir,
malah membuat tanya
dalam perpisahan melalui
secarik surat yang
kemudian kertas itu
basah seiring air
mata yang mengalir
tiada henti.
Mona kian
terperanjat dalam memorinya
kembali, ia berusaha
mencerna setiap kalimat
yang telat melekat
dalam pemikirannya. “ Apa
semua ini, apakah
ini benar adalah
salahku ? “… “ Yaa Tuhan,
jika demikian pahit
kenyataannnya, seharusnya aku
tidak berusaha mencari celah
untuk mengupasnya. “
***
Selesai dalam kisah ”
Gisel
dan Mona - Tabir “
#
Ada kalanya rahasia
akan lebih baik
tersimpan rapih tanpa
terlalu banyak orang
mengetahuinya.
#
Jika kita merasa
sulit dan begitu
banyak hambatan dalam
memecahkan misteri tersebut,
bisa jadi karena
ketidak tahuan kita
akan lebih membuat
hidup kita tenang
dibandingkan setelah kita
mengetahui fakta dibalik
suatu misteri.
#
Dan kebenaran akan
lebih baik disampaikan.
Jika kita ingin
menutupnya, maka tutuplah
sampai orang takan
pernah mengetahuinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar