Inspirasi siang kali ini, kita akan berbagi tentang ketulusan, karena ketulusan adalah sesuatu yang sudah langka sekali
hadir diantara kita. Bagaimana tentang ketulusan tersebut, dan apa saja
Inspirasi dari baraya tentang ketulusan. So, jangan lupa gabung di on air
dan smsnya bersama Ponggawa Siar Baraya Mita sampai pukul 15.00 WIB. Di Ruang
Inspirasi hati Rugeri 93.4 Fm
“Karena ketulusan seolah barang mahal, namun bukan berarti ia tak ada
ditengah kita”
Persahabatan adalah salah satu hal yang juga diperlukan dalam kehidupan
kita, namun persahabatn akan menjadi sebuah syimbol saja jika kita tidak
berusaha untuk menjadikan bagian dari ketulusan dalam menjalankannya. Jikalau
kita menemukan seseorang yang merasa diri sudah memiliki segalanya, dan
meyakini diri dengan uang yang dimiliki dapat membeli semuanya, maka satu hal
yang tidak dapat ia beli yaitu ketulusan.
Ketulusan adalah syimbol keabadian. Kok keabadian, iya karena yang abadi
sifatnya lama dan tidak lekang dimakan waktu. Ketulusan adalah pointnya. Jika berbicara
tentang ketulusan coba kita evaluasi diri, saat ibadah karena apa ? Karena kita
memang tulus untuk beribadah, atau krena kita yakini kita ibadah sebagai
kewajiban seorang muslim ? Emm... rasanya baraya mulai bingung yaa, jika
disuguhi dengan pertanyaan demikian dalam. Baik kita mulai dari yang ringan
saja. Saat makan siang, apa yang baraya rasakan ? perasaan senang karena sedang
lapar2 nya pas ada jatah makan. Artinya kita tulus kan makan tuhhh makanan. Apa
bedanya teh, dengan ikhlas ? Bedanya, gak kok, sama aja. Kalaupun kita
menemukan perbedaan, tipis banget. Karena kita tulus ketemu sama ikhlas, orang
ikhlas yaa jadinya tulus donk dalam melakukan dan meni’mati segala sesuatunya.
Ketulusan seolah barang mahal yang sulit sekali untuk kita temukan dalam
keseharian. Bahkan sanking mahalnya, dengan teman temanpun kata kita hitung
hitungan sering kali terdengar. Nah, orang yang udah hitung hitungan dengan kebaikan yang sering ia
lakukan adalah salah satu tanda bahwa ia adalah orang yang tidak tulus saat
membantu dan melakukan kebaikan tersebut. Contohnya gini :
Si Fulan kepada
temannya : Atas nama solidaritas, tolonglah bantu saya. Saya kan kerja 3 shiff
nihh, pagi siang dan malam, nah yang shiff malamnya tolong donk handle-in atau
gantian, dan saya dech yang nanti ganti shif pagi mu besok hari ?
Atas nama solidaritas
tersebut, si kawan menyanggupinya. Hingga esok pagi ditunggu-tunggu pun,
ternyata fulan tak menunjukan batang hidungnya. Mulai menggerutu dalam diri
temannya ini, “Bagaimana mungkin ini, aku semalaman tidak beristirahat demi
menolong teman mengganti tugas malamnya, namun ia malah tidak memikirkan
bagaimana dengan diriku?”
Ayooo, jika
mendengarkan kisah teman seperti ini, bagaiamana mungkin kita akan menyebutnya
sebagai konsep teman yang tulus apalagi ikhlas membantu. Bahkan tak cantik
rasanya, sampai menyebut kata solodaritas ketulusan. Hahahah, belum pernah saya
mendengar hal sperti itu, tapi faktanya inilah prilaku pertemanan dizaman
sekarang.
Ada hadist yang
mengatakan : “Tolong menolonglah kamu
sekalian terhadap saudara muslim mu, maka Alloh yang akan menolongmu. “
Bisa gak sich,
kita bantu orang yang sebetulnya kita tuhhh gak kenal sama tuhh orang ?
Bisa kok teh,
nah bisa kan ?!!! Contohnya : “menyeberangkan jalan orang “
Sippp, itu
contoh yang nyata. Tapi nyatanya, kalau yang disebrangi pemuda itu adalah
seorang pemudi cantik ber-rok mini, konsep ketulusannnya nyampe gak nihhh.?
Hahhaha, jadi pertanyaan untuk hati kita kan..? Bahkan untuk orang orang yang
melihat adegan tersebut.
Wong cewek
cantik muda, disebrangi, nenek tua nnati dulu browww. Aji mumpung sambil pdkt
ma cewek kantoran.
Ahh masa iya
teh, ada yang kayak gitu ? Iich banyak kali, mungkin ada diantara kita salah
satunya. Balik lagi dengan
inspirasi siang kita kali ini. So tulus itu ibarat kita lagi enak-enaknya makan
ikan bakar terus keselek tulang ikan, nah saat itu kita gak perlu marah sama
penjual ikan bakarnya, karena tulus itu meni’mati sesuatu yang kita yakini dan
terima resikonya. Tulus itu seorang ibu yang rela bangun dimalam hari hanya
untuk menggantikan popok sang bayi. Tulus itu, ayah yang berkeringat dalam
berkerja tanpa ,menyalahkan siapapun atas nasibnya, untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
“Teh, apakah
orang yang tulus tidak pernah mengeluh ?”
Tidak begitu juga, manusia itu memiliki
keterbatasan. Sesekali barang kali ia pernah mengeluh, namun keluhannya itu
bukan berisikan kutukan, apalagi berhujat bentuk yang menyalahi atau seolah olah
tak terima dengan nasibnya. Orang tulus itu menjadikan keluhannya laksana air
yang tadinya tenang kemudian bergejolak untuk mendatangkan air dalam volume yang
lebih besar. So, tulus adalah tenang
dalam menimati hidup, dan berkeluh untuk memotivasi diri menjadi lebih baik.
Garut,01
Oktober 2013
Semoga ini bermanfaat,, terima kasih dan salam bahagia.
Mita Rugeri permata ^^
Semoga ini bermanfaat,, terima kasih dan salam bahagia.
Mita Rugeri permata ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar